Skip to content
AL-IHSAN ANYER

AL-IHSAN ANYER

Media Dakwah, Pendidikan & Pengetahuan Keislaman

  • PENDIDIKAN
  • SIRAH
  • KAJIAN ISLAM
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • TENTANG KAMI
  • PONPES AL-IHSAN

Breaking News

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

Mata Lebih Besar dari Perut?

Tak Peduli Anda Beriman atau Kafir

Bulir Padi Pun Menunduk

Jangan Sampai Kita Hanya Dapat Lapar dan Haus

KEBAIKAN

5 TAHAP SENI BERTAHAN DALAM HIDUP

Dirahmati Allah Orang yang Berlapang Dada

  • Home
  • 2021
  • January
  • 18
  • Ketika Muhammad Diasuh di Tengah Gurun
  • SIRAH

Ketika Muhammad Diasuh di Tengah Gurun

On January 18, 2021January 18, 2021
H. A. SURYANA SUDRAJAT

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Diasuh di tengah gurun pasir, dengan adat yang bersih dan murni, merupakan bekal bagus bagi bocah yang yatim ini. Konon peristiwa mukjizawi terjadi di sana.

Sejak mengambil bayi itu, Ibu Halimah merasa mendapat berkah. Kambing ternaknya gemuk-gemuk. Air susu di tubuhnya sendiri meruah. “Tuhan telah memberkati semua yang ada pada kami,” kata perempuan miskin dari pedalaman Mekah ini.

Awalnya sebenarnya Halimah menolak, seperti juga ibu-ibu dari kabilah Bani Sa’d umumnya, yang tidak hirau kepada bayi yatim. Bayi yang tak punya bapak tidak akan mendatangkan upah banyak. Tapi sampai hari kepulangannya ke kampung, belum juga dia dapat order di Kota Mekah itu. Para bangsawan sendiri rupanya enggan kepada Halimah sebagai calon ibu susuan: kurus, kerempeng, pasti air susunya minim adanya. Yah, daripada pulang dengan tangan hampa, baiklah diterima saja Muhammad itu. Kepada suaminya, Harits ibn Abdil Uzza, Halimah bilang : “Tak senang aku pulang bersama temanku tanpa bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan kubawa.”

“Baiklah,” jawab suaminya. “Mudah-mudahan karena itu Tuhan memberi berkah.”

Anak penyebab berkah itu, tak syak lagi, adalah Muhammad putra Abdullah almarhum, kelahiran 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah. Kakeknya, Abdul Muththalib, yang memberi nama, sebetulnya agak menyimpang dari kebiasaan masyarakatnya yang biasa memberi nama nenek-moyang. Ini sempat dipertanyakan oleh para pemuka Quraisy ketika ia mengadakan jamuan di hari ketujuh kelahiran cucunya. “Aku ingin dia menjadi anak yang sangat terpuji (arti muhammad) oleh Tuhan di langit dan makhluk-Nya di bumi,” jawab Abdul Muththalib.

Lima tahun Muhammad berada di tengah Bani Sa’d di padang Sahara, bebas dari ikatan materi. Pada periode inilah muncul cerita sebagaimana juga sering dikisahkan dalam acara maulud. Yakni, ketika bocah Muhammad sedang bermain bersama saudara sebayanya di belakang rumah, tiba-tiba anak itu lari, melaporkan kepada orangtuanya: “Saudaraku Quraisyi itu diambil dua laki-laki berbaju putih. Dibaringkan, perutnya dibelah.” Halimah, seperti dituturkannya, bersama suaminya kemudian pergi ke lokasi. “Kami jumpai dia sedang berdiri. Mukanya pucat. Lalu kami tanyakan, ‘Kenapa kamu, Nak’? Dia menjawab, ‘Aku didatangi dua orang, pakaiannya putih. Aku dibaringkan perutku dibedah. Mereka mencari sesuatu. Aku tidak tahu’.” Halimah dan suaminya ketakutan, jangan-jangan bocah ini kesurupan. Lalu mereka membawa kembali Muhammad ke Mekah.

Ibn Ishaq, penulis Sirah Nabawiyah, yang mencoba merekonstruksi peristiwa itu, terkesan hati-hati. Dia mengatakan, sebab dikembalikannya Muhammad sebenarnya bukan lantaran kedatangan dua malaikat itu. Melainkan, sebagaimana cerita Halimah kepada Aminah, ibunda Nabi, ada beberapa orang nasrani Abessinia memperhatikan bocah yang baru disapih itu, bertanya-tanya, malah memeriksa punggungnya. Lalu, kata mereka, “Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami. Dia ini akan menjadi orang penting. Kamilah yang paling tahu keadaannya.” Halimah cepat membawanya menghindar.

Menurut Haekal, penulis Hayatu Muhammad, baik kalangan orientalis maupun sebagian muslimin sendiri tidak puas mengenai cerita kedua malaikat itu. Mereka menganggap sumbernya sangat lemah, sebab yang melihat kedua “laki-laki berpakaian putih” itu hanya bocah yang baru dua tahun lebih sedikit, sebanding dengan usia Muhammad sendiri.

Betapapun, masa lima tahun di tengah Bani Sa’d memberi kenangan yang indah dan kekal di dalam jiwa. Dari kabilah ini Nabi belajar menggunakan bahasa Arab yang murni, sehingga, seperti beliau katakan kepada para sahabat kemudian, “Aku yang paling fasih di antara kalian. Aku dari keluarga Quraisy, tapi diasuh di tengah keluarga Bani Sa’d ibn Bakr.” Lebih dari itu, beliau mendapat sebuah lingkungan yang bagus.

Soalnya, menurut Ibn Khaldun (Muqaddamah), orang-orang Badui hidup hanya menurut kebutuhan — dalam hal pangan, sandang, papan, dan seluruh kebiasaan. Mereka membuat kemah dari bulu binatang dan wol, atau rumah dari kayu, lempung, atau batu—-tidak berhias, sekadar tempat bernaung, tak lebih. Itu sangat kontras dengan orang kota yang suka hidup enak, banyak berurusan dengan hal-hal duniawi, dan mengikuti hawa nafsu. “Jiwa mereka telah dikotori oleh pelbagai macam akhlak tercela dan kejahatan. Jalan menuju kebaikan sudah jauh dari mereka.”

Benar, orang pedalaman juga berurusan dengan dunia. Tapi, kata Ibn Khaldun, mereka masih dalam lingkup kebutuhan, bukan kemewahan. Karena itu, jalan kejahatan dan sifat buruk mereka jauh lebih sedikit. Orang Badui lebih mudah menjadi baik. Jiwa, menurut fitrahnya, siap menerima kebajikan maupun kejahatan yang datang, kata Ibn Khaldun. Dan orang Badui kurang-lebih masih tinggal dalam fitrah itu. Ia mengutip sabda Nabi, “Setiap bayi dilahirkan menurut fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.” Dalam terminologi agama ini, kata fitrah menunjuk kepada Islam.***

*Sumber: Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad (1980), Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah (1988)

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten.

Post Views: 1,398
In SIRAH

Post navigation

Tantangan Pendidikan di Era 4.0
Menghadirkan Hati dalam Salat

Menjadi Mukmin yang Kuat dengan Imunisasi

On July 2, 2021July 2, 2021

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

On May 11, 2025May 11, 2025

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

On March 21, 2025March 21, 2025

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

On March 21, 2025March 21, 2025

Mata Lebih Besar dari Perut?

On March 17, 2025March 17, 2025

Archives

  • May 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • December 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • December 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • January 2021

Categories

  • HIKMAH JUMAT
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • KAJIAN ISLAM
  • PENDIDIKAN
  • PONPES AL-IHSAN
  • PROMO
  • SIRAH
  • Uncategorized

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

You May Like

  • SIRAH
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 18, 2021January 18, 2021

Khadijah, Tambatan Hati Nabi dan Ibunda Orang Beriman

  • SIRAH
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 18, 2021January 18, 2021

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

  • SIRAH
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 18, 2021January 18, 2021

Pengalaman Nabi Mendirikan Negara Plural di Madinah

28/04/2021- Foto-foto Kegiatan Serah Terima Bantuan dari Samora Group kepada Ponpok Pesantren Al-Ihsan Anyar

https://www.youtube.com/watch?v=CgscUD4N-RU

Video Pendek Moderasi Beragama/Toleransi (Judul: "Akur")
Hak Cipta @ alihsananyer.com 2021