Dari riwayat Abdullah ibn Mas’ud r.a., Rasulullah SAW bersabda: “Tiga hal yang menjadi sumber dosa. Jagalah dirimu (dari ketiga hal itu) dan waspadalah. Waspadalah terhadap kesombongan (kibr), sebab ia menjadikan Iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadap kerakusan ( hirsh), yang menyebabkan Adam memakan buah terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki (hasad), yang membuat Adam membunuh saudaranya.”
Dalam Al-Qur’an memang terdapat kisah Iblis yang diperintahkan Allah untuk bersujud kepada Adam, tapi kemudian menolak lantaran merasa paling tinggi derajatnya ketimbang Adam yang diciptakan dari tanah, sementara dia dibuat dari api. Allah melarang Adam dan pasangannya (Hawa) untuk tidak mendekati pohon terlarang, tetapi Iblis justru menjerumuskannya. Kedua anak manusia itu pun diusir dari surga, dan diminta untuk tinggal di muka bumi. Tapi, sebelumnya, Allah telah menerima tobat keduanya (sedangkan Iblis bertekad menjadi pembangkang sampai Hari Kiamat).
Begitulah, sampai mereka dikaruniai dua putra (Qabil dan Habil). Mereka mempersembahkan kurban kepada Allah, tapi hanya kurban Habil yang diterima. Maka hawa nafsu mendorong Qabil membunuh adiknya. Lalu Allah mengirimkan burung gagak yang mengais-ngais di tanah, menunjukkan kepada si pembunuh bagaimana mengubur mayat. Di situlah terjadi penyesalan luar biasa pada Qabil.
Anda tentu sudah bisa membayangkan bagaimana orang yang sombong atau arogan. Juga bagaimana jika orang yang seperti ini menjadi penguasa. Pasti ia merasa diri paling benar, harus selalu didengar, enggan mendengar orang lain. Jabatan, kekuasaan (juga harta) memang bisa membuat seseorang sombong atau bangga diri. Dan inilah yang ingin dihancurkan oleh Khalifah Umar ibn Khattab yang bergelar Amirul Mukminin itu.
Diceritakan, suatu hari Urwah ibn Az-Zubair r.a. dibuat heran ketika melihat sang khalifah memikul air.
“Amirul Mukminin, pekerjaan ini tidak pantas bagi Anda,” kata Urwah.
“Ketika para delegasi datang kepadaku, mendengarkan aku, dan menaati, tiba-tiba muncul perasaan sombong dalam diriku. Sekarang aku menghancurkannya,” jawab Umar. Ia lalu melanjutkan memikul air itu dan membawanya ke rumah seorang wanita Anshar.
Bagaimana dengan tamak alias rakus? Rasanya sudah banyak contoh bagaimana orang membolehkan segala cara untuk memenuhi hawa nafsunya, untuk harta maupun kuasa. Selain ada celah dan godaan hidup mewah, korupsi dilakukan karena faktor tamak itu.
Adapun dengki, cobalah simak peringatan Nabi berikut ini: “Dengki dapat memakan kebajikan sebagaimana api melalap kayu bakar.” (H.R. Ibn Majah).
Dikatakan, tanda-tanda kedengkian ada pada seseorang yang suka menjilat orang yang di dekatnya, memfitnahnya ketika jauh, dan senang jika bencana menimpa orang lain. “Karena itu, jangan sampai engkau mencintai orang yang mendengkimu, sebab ia tidak akan menerima kebaikanmu.” Yang ini entah siapa yang mengatakan, tapi dikutip Abul Qasim An-Naisaburi dalam kitabnya Risalah al-Qusyairiyah.
Kesombongan atau bangga diri, ketamakan dan kedengkian merupakan titik paling rawan dalam diri manusia: bisa mengundang berbagai kesalahan dan mengantar kita kepada kemaksiatan, seperti diingatkan sabda Nabi di atas.