Marhaban, ya Ramadan. Marhaban, ya syahra syiyam.
Kembali kita berada di bulan suci: Ramadan yang penuh kemurahan, Ramadan yang penuh keberkahan. Alhamdulillah. Semoga amal ibadah kita lebih baik dari Ramadan sebelumnya. Amin.
Banyak ulama mengatakan bahwa puasa merupakan berlatih mengendalikan diri. Yakni dari jeratan nafsu perut dan nafsu faraj – keinginan melahap apa saja serta mengumbar selera rendah. Karena itu puasa disebut latihan perang melawan hawa nafsu.
Rasulullah Saw. bersabda, “Hal yang kutakutkan dari umaku adalah Mengumbar hawa nafsu akan memalingkan manusia dari kebenaran (al-haqq). Sedangkan melamun panjang membuat orang lupa akan akhirat. Karena itu, ketahuilah, melawan hawa nafsu adalah modal ibadah.” (H.R. Hakim dan Dailami).
Rasulullah Saw. menggambarkan perang melawan hawa nafsu sebagai sebuah jihad. Ini dikatakannya sepulang dari Perang Badar melawan musyrikin Quraisy yang dimenangkan kaum Muslim. “Kita kembali dari jihad kecil menghadapi jihad besar,” kata Nabi.
“Apa yang dimaksud dengan jihad yang akan kita hadapi itu?” tanya sahabat.
“Berjihad melawan hawa nafsu,” jawab Nabi.Berikut enam resep dari Ibnul Qaiyim Al-Jauziah, agar kita terbebas dari jeratan hawa nafsu:
- Memiliki kesabaran dalam setiap menghadapi kepahitan hidup. Sebaik-baik hidup ialah jika seseorang mengetahui hidup itu dengan kesabarannya.
- Berpikir bahwa manusia diciptakan bukan untuk kepentingan nafsu. Tetapi untuk urusan yang besar, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan mengendalikan nafsunya.
- Mempertimbangkan akibat memperturutkan hawa nafsu. Sehingga seseorang tahu seberapa besar nafsu itu dapat meloloskannya kepada ketaatan dan mendatangkan kehinaan.
- Mempertimbangkan hak orang lain sebenar-benarnya, kemudian menggambarkan jika kedudukannya seperti orang itu.
- Menghinakan diri sendiri karena tunduk kepada hawa nafsu. Jangan tertipu kehebatan dan kesombongan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya.
- Ingatlah sabda Nabi: “Orang yang kuat itu bukan karena dengan bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang dapat menguasai dirinya tatkala sedang marah.”
Hanya dengan mengendalikan hawa nafsunya seseorang akan mampu menghindari hal-hal yang tampaknya menguntungkan namun tidak diridai Allah. Atau membuat seseorang menyenangi hal-hal yang mungkin membawa risiko dan kerugian tetapi mendatangkan keridaan Tuhan, seperti menegakkan kebenaran, keadilan dan seterusnya.
Kekuatan rohani yang dahsyat itu tentu hanya diperoleh jika seseorang menginsafi benar tujuan sebenarnya puasa. Jika tujuan ini tercapai, bolehlah seorang Muslim berharap menjadi orang yang takwa. (Q.S. 2:183). Dengan kata lain, puasa memang tidak serta merta membuat seorang Muslim menjadi takwa. Artinya puasanya hanya sekadar menahan lapar dan haus.
#Ramadan #Puasa #Hawa Nafsu #Takwa #A. Suryana Sudrajat #Hikmah Jumat #Al-Ihsan Anyer