Allah berharap, dengan puasa yang kita jalani sebulan penuh di bulan Ramadan, serta amalan-amalan yang di sunahkan di malam hari seperti salat tarawih, memperbanyak zikir, membaca Al-Qur’an, dan i’tikaf, kita menjadi orang yang bertakwa.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang -orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. 2:183).
Orang bertakwa sering digambarkan sebagai orang yang punya rasa takut akan siksa Allah dan berusaha memelihara dirinya dari perbuatan dosa. Seseorang yang tidak taut dosa, dengan demikian, tidak bisa disebut orang yang bertakwa. Manifestasi takwa adalah usaha menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Balasan bagi orang yang bertakwa tidak lain adalah surga atau jannah. Dalam Qur’an surat At-Thur ayat 17-18, misalnya, disebutkan bahwa, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan. Mereka bersuka-ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka, dan Tuhan mereka memelihara mereka dari siksa neraka.”
Tidak hanya itu. Bahkan Allah akan menganugerahkan dua surga kepada orang yang bertakwa. Allah berfirman dalam surat Ar-rahman ayat 46: “Dan bagi orang yang takut (takwa) akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.”
Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan dua surga itu adalah surga di dunia, dan surga di akhirat kelak.
Mengenai surga di akhirat kita tidak tahu seperti apa wujud atau keadaannya. Tetapi kenikmatannya seperti digambarkan oleh Rasulullah sebagai sesuatu tidak pernah dilihat mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak.
Adapun surga dunia yang dianugerahkan Allah adalah berupa ketenteraman hati atau sakinatul qalb. Ukurannya, dengan demikian, bukanlah materi, atau kaya-miskin. Yang kaya ataupun yang miskin bisa hidup tenteram atau sebaliknya. Orang yang hatinya tenteram akan selalu bersyukur dengan rezeki yang diterimanya. Bukan dengan keluhan, andaikan yang diterimanya sedikit atau tidak sesuai dengan yang diharapkannya.
Rasulullah Saw. Bersabda, “Jika hati baik maka baiklah jasad seluruhnya.” (H.R. Bukhari). Dalam hadis Sunan Ibnu Majah disebutkan, “Perumpamaan hati bagaikan bulu burung.”
Maka bila hati kita rusak atau berpenyakit (silakan didaftar apa saja penyakit hati, mulai dari sombong, angkuh, dengki, iri, serakah dst.), maka akan rusak pula perilaku atau akhlak kita. Dan ibarat burung yang rontok bukunya, maka akan hilanglah keindahannya. Jadi, seperti diajarkan Rasulullah Saw., hendaknya kita menghiasi diri kita dengan akhlak yang mulia.
Apa akibat dari hati yang rusak?
Tidak hanya akan berakibat langsung kepada yang bersangkutan. Tapi juga akan berdampak pada orang lain, bahkan bisa meluas kepada orang banyak. Bisa dibayangkan, bagaimana penderitaan rakyat, misalnya, jika mereka dipimpin oleh orang-orang yang serakah dan pongah.