Apa bedanya hidup mewah dengan boros atau mubazir?
Memang tidak sinonim. Di dalam kemewahan, pasti terdapat unsur pemborosan, namun orang boros belum tetu mewah. Akan tetapi, sebagaimana halnya hidup mewah, hidup boros pun amat tercela dalam pandangan agama. Bahkan Tuhan menyebut pelakunya sebagai teman setan. “Walaa tubadzir tabdziraa. Innal mubadziriina kaanu ikhwaanasy syayathiin. Wa kaanasy-syaithaanu lirabbihi kafuura. (Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (tabdzir). Sesungguhnya para pemboros adalah saudara-saudara setan, dan setan sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. 17: 26-27).
Imam Ar-Razi, dalam Tafsir Kabir, mengartikan tabdzir sebagai menghambur-hamburkan harta dan menbelanjakannya dalam kemewahan. Ia mengutip penuturan Utsman ibn Aswad yang suatu kali bertawaf bersama Mujahid. Tatkala pandangannya tertuju ke bukit Abu Qubaisy, kata Utsman, Mujahid berkata: “Kalau seseorang membelanjakan uangnya dalam jumlah seperti itu (seraya menunjuk ke bukit) untuk taat kepada Allah, maka ia bukan tergolong orang yang boros Tetapi kalau seseorang membelanjakan satu dirham pada jalan kemaksiatan, ia termasuk golongan yang boros.”
Kata Utsman, orang-orang yang mendengar perkataan itu, serta serta menyumbangkan hartanya dalam jumlah banyak. Tetapi, kata dia, “ada juga orang-orang yang bekomentar, ‘Tak ada gunanya menyumbang harta secara boros dan melampaui batas seperti itu.” Apa kata Mujahid? “Tidak ada kata boros dalam hal kebaikan.”***