Skip to content
AL-IHSAN ANYER

AL-IHSAN ANYER

Media Dakwah, Pendidikan & Pengetahuan Keislaman

  • PENDIDIKAN
  • SIRAH
  • KAJIAN ISLAM
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • TENTANG KAMI
  • PONPES AL-IHSAN

Breaking News

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

Mata Lebih Besar dari Perut?

Tak Peduli Anda Beriman atau Kafir

Bulir Padi Pun Menunduk

Jangan Sampai Kita Hanya Dapat Lapar dan Haus

KEBAIKAN

5 TAHAP SENI BERTAHAN DALAM HIDUP

Dirahmati Allah Orang yang Berlapang Dada

  • Home
  • 2022
  • October
  • 28
  • PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
  • PENDIDIKAN

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

On October 28, 2022
H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pembentukan karakter atau character building adalah ungkapan yang sering diucapkan banyak kalangan sejak politisi sampai aparat birokrasi. Apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini sekarang? Apakah penguatan karakter atau pembinaan watak saat ini sudah bukan masalah lagi di negeri kita?

Dulu, Bung Karno mengucapkan kata-kata itu dalam konteks politik, yaitu bagaimana watak bangsa dibangun, sedangkan para pendidik seperti Ki Hajar Dewantara mengungkapkannya dalam hubungan dengan proses pedagogik, yakni bagaimana mendidik anak di sekolah agar selain menjadi pintar juga menjadi manusia yang berwatak. Sekarang, ungkapan ini sering digunakan untuk menjelaskan posisi Indonesia di dunia internasional, semisal dalam menghadapi tekanan negara-negara lain atau lembaga internasional, atau dalam menghadapi produk-produk budaya asing dengan berbagai implikasinya.

Character building juga kerap dipakai untuk meneropong keadaan di dalam negeri. Begitulah dikatakan, misalnya, bahwa semua kebobrokan yang kita rasakan sekarang lahir dari tiadanya watak yang cukup kokoh pada diri bangsa, pada manusia Indonesia. Kebobrokan-kebobrokan itu antara lain mewujud dalam berbagai praktik korupsi, kolusi dan nepotisme atau yang disebut KKN, absennya keteladanan dalam diri para pemimpin, rendahnya sensitivitas sosial dan lingkungan seperti eksploitasi sumberdaya alam yang cenderung mengabaikan dampak sosial dan lingkungan, maraknya konflik horizontal, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan sebagainya. Begitu juga dengan berbagai keterpurukan yang meliputi hampir seluruh kehidupan bangsa saat ini bersumber dari lemahnya karakter bangsa.

Lalu, mengapa karakter bangsa Indonesia lemah? Serta merta orang pun mengarahkan jari telunjuknya ke sistem pendidikan nasional yang dikatakan lebih berorientasi pada pembangunan fisik, bukan pembangunan jiwa dan karakter bangsa. Meski pendidikan bukan satu-satunya faktor kemorosotan karakter bangsa, kritik yang dialamatkan pada dunia pendidikan kita itu menunjukkan sebuah keyakinan mendalam, bahwa hakikatnya pendidikan mempunyai kontribusi besar, kalau bukan menentukan, dalam pembentukan watak sebuah bangsa.

Pendidikan, sebagai upaya untuk membanun karakter, mempunyai makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral. Sebab pendidikan karakter bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan mengenai hal yang baik sehingga peserta didik bisa membedakan mana yang baik dan salah, mampu merasakan nilai yang baik  dan mau melakukannya. Kepribadian memang erat kaitannya dengan kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan. Jadi bukan sesuatu yang dibawa dari sono-nya.

Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter.  Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya saja ketika seseorang berbuat jujur, hal itu dilakukan karena ia takut dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri.  Oleh sebab itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek emosi. Jadi selain memahami nilai kebaikan juga ada hasrat dan cinta untuk mempraktikkannya.

Beberapa karakter mulia berikut ini layak diajarkan kepada anak Indonesia: cinta Tuhan dan kebenaran; tanggungjawab, kedisiplinan, dan kemandirian; amanah; hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama; percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination and enthusiasm); keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi dan cinta damai.

Dalam impelementasi prinsip, nilai-nilai yang diajarkan harus termanifestasikan dalam kurikulum sehingga para peserta didik faham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu mengaktualisasikannya dalam perilaku nyata.  Untuk itu diperlukan pendekatan optimal dalam pengajaran karakter secara efektif, yang harus diterapkan di seluruh sekolah.  Pertama, sekolah dilihat sebagai lingkungan yang unik, ibarat pulau yang punya bahasa dan budayanya sendiri.  Meski begitu, sekolah harus memperluas pendidikan karakter bukan saja kepada guru, staf dan siswa didik, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya.  Kedua, dalam menjalankan kurikulum karakter, pengajaran tentang nilai-nilai seyogyanya berhubungan dengan sistem sekolah secara keseluruhan, yang diajarkan sebagai subyek yang berdiri sendiri namun diintegrasikan dalam kurikulum sekolah keseluruhan; dan seluruh staf menyadari dan mendukung tema nilai yang diajarkan. Ketiga, penekanan ditempatkan untuk merangsang bagaimana siswa menerjemahkan prinsip nilai ke dalam bentuk perilaku pro-sosial. Oleh karena moral bersifat abstrak, nilai-nilai moral kebaikan harus diajarkan pada generasi muda. Karena itu pula, tema yang sesuai dengan usia anak dalam berpikir konkrit perlu diakomodasi. Misalnya, cerita-cerita kepahlawanan dan kisah kehidupan yang perlu diteladani baik dari para orang bijak, maupun para pejuang bangsa dan humanisme tetap diperlukan. Bahkan, imajinasi anak terhadap kehidupan yang ideal, kendati yang dilihatnya tidak demikian, perlu ditekankan kepada anak agar ia mencintai kebajikan dan terdorong untuk berbuat hal yang sama.

Pendidikan karakter memang sarat nilai. Jika kita berpegang pada idealisme kemanusiaan, nilai merupakan kekuatan penggerak perubahan sejarah. Kemampuan membentuk diri dan mengaktualisasikan nilai-nilai etis merupakan ciri hakiki manusia. Karena itu, manusia mampu menjadi agen perubahan sejarah. Jika kita meyakini bahwa manusia merupakan agen bagi perjalanan sejarahnya sendiri, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak optimistis dalam melakukan berbagai lompatan sejarah sehingga kita mampu keluar dari kungkungan kemiskinan, keterbelakangan, dan berbagai keterpurukan lainnya.

Pendidikan karakter masih memiliki tempat bagi optimisme idealis pendidikan di Tanah Air, terlebih karena bangsa kita kaya akan tradisi religius dan budaya. Dengan modal religiusitas yang kuat, kita berkeyakinan bahwa manusia Indonesia memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat, dan mampu membangun kehidupan bersama dengan saling menghargai satu sama lainnya. Banyak hal yang bisa ditempuh dalam rangka penguatan pendidikan karakter. Salah satunya melalui penerapan sekolah lima hari, yang notabene memang dimaksudkan untuk membangun kepribadian peserta didik.

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten.

Post Views: 509
In PENDIDIKAN

Post navigation

Hasan Al-Bashri: Wujud Indah dengan Salat Malam
Mengisi Hidup dengan Cinta Ilahi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Menjadi Mukmin yang Kuat dengan Imunisasi

On July 2, 2021July 2, 2021

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

On May 11, 2025May 11, 2025

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

On March 21, 2025March 21, 2025

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

On March 21, 2025March 21, 2025

Mata Lebih Besar dari Perut?

On March 17, 2025March 17, 2025

Archives

  • May 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • December 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • December 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • January 2021

Categories

  • HIKMAH JUMAT
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • KAJIAN ISLAM
  • PENDIDIKAN
  • PONPES AL-IHSAN
  • PROMO
  • SIRAH
  • Uncategorized

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

You May Like

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On October 28, 2022

Menanamkan Nilai Toleransi di Sekolah

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On October 28, 2022

Kecerdasan Spiritual (2): Lain yang Diajarkan, Lain yang Dipraktikkan, Mengapa?

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On October 28, 2022

Menumbuhkan Minat Sastra dengan Story Telling

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On October 28, 2022

SMP TERPADU SINDANGKARYA SIAPKAN 6 NILAI POSITIF DI ERA MERDEKA BELAJAR

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On October 28, 2022

Penghapusan Istilah Madrasah dalam RUU Sisdiknas Berlawanan dengan Konstitusi

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On October 28, 2022

Tantangan Pendidikan di Era 4.0

28/04/2021- Foto-foto Kegiatan Serah Terima Bantuan dari Samora Group kepada Ponpok Pesantren Al-Ihsan Anyar

https://www.youtube.com/watch?v=CgscUD4N-RU

Video Pendek Moderasi Beragama/Toleransi (Judul: "Akur")
Hak Cipta @ alihsananyer.com 2021