Skip to content
AL-IHSAN ANYER

AL-IHSAN ANYER

Media Dakwah, Pendidikan & Pengetahuan Keislaman

  • PENDIDIKAN
  • SIRAH
  • KAJIAN ISLAM
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • TENTANG KAMI
  • PONPES AL-IHSAN

Breaking News

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

Mata Lebih Besar dari Perut?

Tak Peduli Anda Beriman atau Kafir

Bulir Padi Pun Menunduk

Jangan Sampai Kita Hanya Dapat Lapar dan Haus

KEBAIKAN

5 TAHAP SENI BERTAHAN DALAM HIDUP

Dirahmati Allah Orang yang Berlapang Dada

  • Home
  • 2021
  • December
  • 17
  • Apa Kabar Gerakan Literasi Sekolah?
  • PENDIDIKAN

Apa Kabar Gerakan Literasi Sekolah?

On December 17, 2021December 17, 2021
H. A. SURYANA SUDRAJAT

Hampir 80 persen penduduk Indonesia berusia 15-59 tahun sudah melek aksara. Bahkan untuk golongan usia 15-19 sudah lebih dari 99 persen. Untuk sebuah negara berpenduduk terbesar ke-4 dunia, catatan statistik itu pastilah menggembirakan. Namun, tingkat melek aksara yang tinggi itu tidak berkorelasi dengan minat baca masyarakat Indonesia, yang masuk dalam kategori terendah di dunia.

Beberapa tahun lalu, data statistik dari UNESCO menunjukkan,  dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100 persen. Data ini jelas menunjukkan bahwa tingginya minat baca di Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia, yang masing-masing menempati posisi 53 dan 56.

Bahkan, menurut hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assessment)  pada 2015 yang diselengarakan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD (Organization for Economic Cooperation and Development),  peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-62 dari 70  negara yang turut berpartisipasi dalam PISA. Atau  memperoleh skor 397; sedangkan skor rata-rata OECD adalah 493.  Pada tahun 2012, misalnya,  Indonesia memperoleh skor 396 (skor rata-rata OECD 496) atau peringkat 64 dari 65 negara yang berpartisipasi. Angka lama memang, tapi hampir dipastikan belum terjadi perubahan yang signifikan. Ini persoalan yang bukan main serius, karena membaca   adalah  dasar  untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap peserta didik.

Bukan Sekadar Baca-Tulis

Tentu banyak faktor  yang menyebabkan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak sekolah kita, masih rendah. Di antaranya keluarga-keluarga di Indonesia pada umumnya belum  punya kebiasaan membaca, sehingga kebiasaan ini tidak bisa ditanamkan sejak dini kepada anak. Kita ketahui, yang menjadi role model anak-anak dalam keluarga itu adalah orangtua. Maka kebiasaan anak, termasuk kebiasaan membaca, akan mengikuti kebiasaan orangtua. Oleh karena itu, orangtua punya peran penting  untuk  menanamkan  kebiasaan membaca kepada anak-anak mereka. Jadi, kemampuan literasi anak sangat bergantung kepada kebiasaan membaca. Dengan kata lain pula, membaca bukan sekadar hobi untuk mengisi waktu luang, tetapi sebuah kewajiban. Ini yang pertama. Dan tampaknya bukan hal mudah karena kebiasaan membaca juga berkelindan dengan tradisi masyarakat yang lebih suka “menonton” ketimbang membaca. 

Yang kedua,  akses ke fasilitas pendidikan belum merata, dan kualitas sarana pendidikan yang masih rendah. Hal ini tampak dari masih banyaknya anak yang putus sekolah, dan sarana pendidikan yang tidak mendukung kegiatan belajar-mengajar. Secara tidak langsung, hal ini ikut menghambat perkembangan kualitas literasi di Tanah Air.

Ketiga, tingkat literasi sesungguhnya bertalian dengan ketersediaan bacaan. Boleh dibilang, produksi buku di negara kita termasuk yang terendah di dunia. Ini  merupakan  dampak dari belum berkembangnya penerbit terutama di daerah-daerah. Insentif bagi produsen buku dirasa belum adil,  rendahnya royalti yang diperoleh penulis ditambah pengenaan pajak yang ikut, telah menyurutkan semangat penerbit dan penulis untuk melahirkan buku berkualitas.

Literasi  atau keberaksaraan yang kita maksud dalam tulisan ini bukan sekadar kemampuan membaca, menulis atau berhitung, serta kemampuan untuk mengenali  dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual. Namun demikian, kemampuan baca-tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas. Oleh karena itu, National Institute for Literacy, misalnya, mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sedangkan menurut Education Development Center (EDC),  lebih dari sekadar kemampuan baca tulis, literasi  adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan keterampilan  yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan demikian,  literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Sekurang-kurangnya ada enam literasi dasar yang harus dikuasai orang dewasa menurut World Economic Forum, yaitu baca tulis, literasi numerasi, literasi finansial, literasi sains, literasi budaya dan kewarganegaraan, dan literasi teknologi informasi dan komunikasi atau digital. Menurut UNESCO, setidaknya  ada 750 juta orang dewasa dan 264 juta anak putus sekolah yang minim kemampuan literasi dasar. Badan PBB telah menyatakan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya yang  multiple effect atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian. Buta huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Peran  Sekolah

Betapapun,  tinggi-rendahnya literasi tidak bisa dilepaskan dari pendidikan persekolahan. Sebab, sekolah  punya peran penting dalam mengembangkan kreativitas siswa dan guru untuk mendongkrak tingkat literasi bangsa. Sekolah dapat mengembangkan keunggulan  literasi,  yang dimulai dari gerakan membaca dan  menulis, sampai melahirkan berbagai karya  dari peserta didik dan guru. Dan untuk menghadapi persoalan yang, boleh kita katakan, sungguh teramat gawat ini, karena menyangkut pertaruhan masa depan bangsa, tidak bisa dilakukan secara sambil lalu atau sekadarnya. Harus ada usaha ekstra untuk mengembangkan budaya literasi, yang sekarang menghadapi tantangan besar karena kehadiran teknologi informasi dan  komunikasi. Di satu pihak teknologi  komunikasi dan informasi membuka akses untuk memperoleh informasi dengan mudah dan murah, tetapi di pihak lain juga mengubah perilaku menjadi serba instan – dan dangkal.

Upaya ekstra untuk mengembangkan budaya literasi itu, sebenarnya sudah tampak ketika pada tahun 2015 pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah. Tujuan gerakan ini adalah  untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik, agar mereka  mau membaca dan menulis. Gerakan Literasi Sekolah juga sekaligus dimaksudkan untuk memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti, atau memperkuat pendidikan karakter.

Melalui  Gerakan Literasi Sekolah,  peserta didik diharapkan memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah tidak hanya  melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), terapi juga mengikutsertakan akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha,.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan demikian, Gerakan Literasi Sekolah merupakan  gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen.

Program  Gerakan Literasi Sekolah kini sudah berlangsung enam tahun. Apakah program ini cukup efektif untuk meningkatkan kualitas literasi peserta didik? Sejauh mana minat baca mereka setelah program ini dicanangkan? Agaknya, masih terlalu dini untuk memberikan penilaian yang final bahwa program ini berhasil atau gagal. Yang pasti, kita menginginkan Gerakan Literasi Sekolah menjadi program yang berkelanjutan, dijalankan secara konsisten, terencana, sistematis, tidak asal-asalan apalagi “hangat-hangat tahi ayam’. Konsekuensinya, program ini harus pula didukung oleh pendanaan yang memadai.

Kini, perjuangan untuk menggerakkan literasi di sekolah, boleh dibilang berat mengingat dalam dua tahun terakhir ini sekolah-sekolah berjalan tidak normal menyusul terjadinya pandemi Covid-19, yang sampai sekarang belum juga berakhir. Karena itu, yang diperlukan sekarang adalah upaya-upaya kreatif agar gerakan ini tidak layu di tengah jalan. Pasti bisa.

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten.

Post Views: 547
In PENDIDIKAN

Post navigation

Mengapa Kita Harus Sekolah
Akar Semua Dosa

One thought on “Apa Kabar Gerakan Literasi Sekolah?”

  1. FormationaDistance.be says:
    January 8, 2022 at 5:52 pm

    Great content! Keep up the good work!

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Menjadi Mukmin yang Kuat dengan Imunisasi

On July 2, 2021July 2, 2021

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

On May 11, 2025May 11, 2025

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

On March 21, 2025March 21, 2025

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

On March 21, 2025March 21, 2025

Mata Lebih Besar dari Perut?

On March 17, 2025March 17, 2025

Archives

  • May 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • December 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • December 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • January 2021

Categories

  • HIKMAH JUMAT
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • KAJIAN ISLAM
  • PENDIDIKAN
  • PONPES AL-IHSAN
  • PROMO
  • SIRAH
  • Uncategorized

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

You May Like

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On December 17, 2021December 17, 2021

Menipisnya Rasa Kemanusiaan di Kalangan Remaja-Pelajar

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On December 17, 2021December 17, 2021

Mengingat Kembali Makna Pendidikan

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On December 17, 2021December 17, 2021

MENGENAL KONSEP MODERASI BERAGAMA

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On December 17, 2021December 17, 2021

Kecerdasan Spiritual (2): Lain yang Diajarkan, Lain yang Dipraktikkan, Mengapa?

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On December 17, 2021December 17, 2021

Menanamkan Nilai Toleransi di Sekolah

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On December 17, 2021December 17, 2021

Syarat Jadi Guru Menurut Pakar Pendidikan Islam

28/04/2021- Foto-foto Kegiatan Serah Terima Bantuan dari Samora Group kepada Ponpok Pesantren Al-Ihsan Anyar

https://www.youtube.com/watch?v=CgscUD4N-RU

Video Pendek Moderasi Beragama/Toleransi (Judul: "Akur")
Hak Cipta @ alihsananyer.com 2021