Skip to content
AL-IHSAN ANYER

AL-IHSAN ANYER

Media Dakwah, Pendidikan & Pengetahuan Keislaman

  • PENDIDIKAN
  • SIRAH
  • KAJIAN ISLAM
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • TENTANG KAMI
  • PONPES AL-IHSAN

Breaking News

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

Mata Lebih Besar dari Perut?

Tak Peduli Anda Beriman atau Kafir

Bulir Padi Pun Menunduk

Jangan Sampai Kita Hanya Dapat Lapar dan Haus

KEBAIKAN

5 TAHAP SENI BERTAHAN DALAM HIDUP

Dirahmati Allah Orang yang Berlapang Dada

  • Home
  • 2021
  • August
  • 6
  • Menjadi Umat yang Unggul
  • HIKMAH JUMAT

Menjadi Umat yang Unggul

On August 6, 2021August 6, 2021
H. A. SURYANA SUDRAJAT

Kuntum khairu ummah ukhrijat lin-nas,  ta’muruna bil-ma’rufi wa tanhauna ‘anil-munkar wa tu’minuna billah —  Adalah kamu umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, memerintahkan yang makruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah. [Q.S. Ali Imran: 110]

Siapakah yang dimaksud dengan umat terbaik, umat pilihan, atau umat yang unggul oleh Al-Qur’an itu?

Para mufasir umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud khairu ummah itu adalah kaum muslimin atau umat Islam. Pertanyaannya kemudian,umat Islam yang mana? Apakah mereka yang hidup di zaman Rasulullah s.a.w., atau apakah jangan-jangan termasuk kita-kita juga di sini?

Dalam sejarahnya umat Islam memang pernah mencapai kejayaan di pelbagai lapangan kehidupan ketika umat lainnya justru hidup dalam kegelapan. Tapi, kalau kita mau jujur, keadaan kaum muslimin sekarang ini di antero dunia, agaknya sulit dikatakan sebagai umat yang terbaik, bahkan bisa disebut bangsa-bangsa yang mundur dan terbelakang. Celakanya pula, ada yang mengaitkan perilaku segelintir Muslim dengan terorisme, dan bahkan pesantren tertentu disebut-sebut sebagai sarang teroris. Menurut tuduhan yang keji itu, ajaran Islam terutama mengenai jihad identik dengan teror dan kekerasan.

Tampaknya diperlukan interpretasi atau penafsiran baru mengenai siapa yang dimaksud umat terbaik atau umat yang unggul itu. Ayat tadi sebenarnya mengandung beberapa kriteria, yang dengan itu kita bisa mendefinisikan apa itu khairu ummah. Yakni yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari yang buruk serta beriman kepada Allah. Ada yang menyebut kriteria-kriteria tadi sebagai proses-proses humanisasi, liberalisasi (pembebasan) dan transendensi.

Tiga kriteria tersebut dipertegas oleh ayat 104 dalam surat yang sama yang juga amat populer. Yakni; “Hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kebajikan (khair), menuruh yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.” Ayat ini tidak menyebut “beriman kepada Allah” tetapi menyebut acuan lain yaitu kebajikan atau khair.

Menjaga Keadilan

Kualifiksi lainnya mengenai khairu ummah disebut dalam surah Al-Baqarah ayat 143, yang bicara tentang umat yang adil dan pilihan atau ummatan wasatha. Secara harfiah wasath berarti tengah-tengah atau moderat, yang menunjuk pada pengertian adil. Bukankah seorang wasit, istilah yang kita kenal di sini dan berasal dari kata wasath, hanya bisa berperan dengan baik jika dia adil atau fair dalam setiap keputusannya? Oleh karena itu, hanya dengan bersikap adil manusia bisa berperan sebagai saksi sebagaimana disebutkan ayat tadi.

Dari ketiga ayat tersebut di atas, ada beberapa kata kunci (keywords)  untuk menjelaskan apa yang dimaksud khairu ummah. Yang pertama adalah al-khair yang diartikan kebajikan itu. Dalam beberapa sabda Nabi dan firman Allah kata ini bisa menunjuk pada pengertian kekayaan atau kemakmuran, selain hikmah atau ilmu pengetahuan.

Kedua adalah istilah yang sudah sangat populer dan  sering dijadikan jargon oleh gerakan-gerakan Islam di tanah air kita. Yakni “amar makruf nahi mungkar”. Namun demikian,  amar makruf dan nahi mungkar ini seringkali mengalami penyempitan makna. Misalnya orang yang berjuang melawan korupsi,  perjudian, narkoba, sementara mereka yang berikhtiar memberantas kemiskinan, misalnya melalui pemberian kredit dengan bunga rendah atau tanpa bunga kepada kaum dhuafa, tidak lazim disebut sedang melakukan amar makruf nahi mungkar. Amar makruf sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari nahi mungkar. Sebab dalam perbuatan amar makruf implisit mencegah dari yang mungkar. Bukankah jika kebaikan ditegakkan otomatis yang buruk dapat dicegah? Begitu pula sebaliknya.

Dalam kehidupan kita sekarang,  mekanisme amar makruf dan nahi mungkar ini dapat mewujud dalam bentuk-bentuk turan-aturan atau peraturan perundangan, tata hukum dan konstitusi, bahkan rencana-rencana pembangunan yang bisa menciptakan kebaikan atau mendatangkan kemaslahatan di satu pihak, dan mencegah keburukan di pihak lain. Dengan perkataan lain, mekanisme tersebut bisa dilembagakan ke dalam suatu negara hukum atau masyarakat hukum. Tafsir masyarakat hukum atas istilah amar makruf nahi mungkar ini terkait dengan pengertian  khairu ummah dan ummatan  wasatha yang dideskripsikan sebagai umat yang menjaga keadilan.

Dari paparan di atas kita dapat menyimpulkan,  bahwa khairu ummah atau umat yang unggul,  atau katakanlah umat yang berperadaban unggul,  adalah sekumpulan orang yang memiliki kesamaan budaya (a group of people who share common culture). Yakni budaya yang beroreintasi kepada kebajikan (al-khair), memiliki mekanisme amar makruf  nahi mungkar, aturan dan tertib (law and order), tatanan pemerintahan yang adil, dan beriman kepada Allah. Maka,  umat (al-ummah) yang mengemban missi di atas bisa berbentuk negara, partai politik, organisasi-organisasi sukarela, korporasi, pondok pesantren, dan kelompok masyarakat madani lainnya.

Jas Merah

Tentu banyak syarat dan prasyarat yang diperlukan untuk membangun sebuah peradaban yang unggul. Salah satunya adalah kesadaran akan kekayaan tradisi, sekaligus kemampuan untuk senantiasa membuat inovasi. Salah satu kekayaan atau khazanah tardisi yang perlu kita pelajari adalah pengalaman umat Islam pada zaman klasik (salaf), yang sering digambarkan  sebagai kaum universalis dan kosmopolitan sejati. Yakni kaum yang melihat diri mereka sebagai bagian dari seluruh kemanusiaan universal, dan yang berada dalam lingkungan kewarganegaraan dunia.

Tidak mengherankan jika mereka punya kesiapan psikologis untuk mengambil dan menggunakan apa saja warisan kemanusiaan yang baik dan bermanfaat, seraya tidak mempersoalkan dari mana ‘hikmah’ itu datang. Mereka benar-benar menangkap pesan Nabi yang sering dikutip orang sekarang tentang perintah kita belajar atau menuntut ilmu “sekalipun di Cina.” Juga sabda beliau. “Ambilhah hikmah, dan tidak berbahaya kepadamu dari bejana apa pun hikmah itu keluar’, serta penegasan beliau bahwa, “Hikmah adalah barang hilangnya kaum beriman, maka barang siapa mendapatinya, hendaknya ia memungutnya.”

Meskipun menang secara militer dan politik, kaum Muslim kala itu tidak memandang hina peradaban negeri-negeri yang mereka taklukan. Kekayaan kultural dari bangsa-bangsa Syria, Persia dan Hindu mereka adaptasi  ke bahasa Arab setelah mereka temukan. Melalui kegaiatan penerjemahan kita pun menemukan sejumlah ilmu yang luas bukan Islam dalam bahasa Arab. Seperti dikatakan banyak orang, rasa percaya luar biasa pada kaum Muslim terdahulu itu ditunjang oleh keunggulan politik dan ekonomi. Tetapi yang paling penting adalah karena penghayatan akan ajaran agama mereka sendiri. Kita ketahui, dalam soal peradaban (duniawi), orang-orang Arab dari Jazirah itu, dari banyak segi dan ukuran, adalah kurang dari bangsa-bangsa di sekitarnya seperti Persia dan Byzantium, dua adikuasa timur dan barat kala itu. Tetapi mereka menghadapi keduanya dengan penuh percaya diri berdasarkan iman. Mereka tidak takut dan tidak khawatir, sehingga mereka dengan bebas dan tanpa beban psikologis mengambil mana saja yang baik dan membuang mana yang buruk dari peradaban asing itu.

Peradaban Islam  yang amat kaya raya itu, tentu saja tidak akan tumbuh dan berkembang tanpa daya inovasi kaum Muslim saat itu, yang secara positif memang didorong oleh ajaran agama mereka. Khazanah peradaban yang demikian kaya raya itu barang tentu pula hanya akan menjadi pemiskinan intelektual belaka jika sejarahnya yang telah berjalan lebih 14 abad itu tidak kita jadikan bahan pelajaran. “Jas merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno dulu. Dan dengan menghargai tradisilah kita bisa mengembangkan inovasi. Wallahu a’lam.

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten.

Post Views: 616
In HIKMAH JUMAT

Post navigation

Ini Pesan Nabi Jika Kita Ingin Berhasil dan Berkah
Keteladanan sebagai Basis Membangun Karakter Anak

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Menjadi Mukmin yang Kuat dengan Imunisasi

On July 2, 2021July 2, 2021

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

On May 11, 2025May 11, 2025

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

On March 21, 2025March 21, 2025

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

On March 21, 2025March 21, 2025

Mata Lebih Besar dari Perut?

On March 17, 2025March 17, 2025

Archives

  • May 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • December 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • December 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • January 2021

Categories

  • HIKMAH JUMAT
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • KAJIAN ISLAM
  • PENDIDIKAN
  • PONPES AL-IHSAN
  • PROMO
  • SIRAH
  • Uncategorized

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

You May Like

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On August 6, 2021August 6, 2021

Doa Menurut Petunjuk Nabi

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On August 6, 2021August 6, 2021

Makna Tobat dan Sepotong Kisah dari Syekh Yusuf

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On August 6, 2021August 6, 2021

Nasihat Nabi Kepada Seorang Lelaki Miskin

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On August 6, 2021August 6, 2021

Qana’ah Hati dan Qana’ah Ikhtiar

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On August 6, 2021August 6, 2021

Mengambil Hikmah dari Peristiwa Isra Mikraj

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On August 6, 2021August 6, 2021

Orang Bodoh yang Pemurah dan Ahli Ibadah yang Pelit

28/04/2021- Foto-foto Kegiatan Serah Terima Bantuan dari Samora Group kepada Ponpok Pesantren Al-Ihsan Anyar

https://www.youtube.com/watch?v=CgscUD4N-RU

Video Pendek Moderasi Beragama/Toleransi (Judul: "Akur")
Hak Cipta @ alihsananyer.com 2021