Skip to content
AL-IHSAN ANYER

AL-IHSAN ANYER

Media Dakwah, Pendidikan & Pengetahuan Keislaman

  • PENDIDIKAN
  • SIRAH
  • KAJIAN ISLAM
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • TENTANG KAMI
  • PONPES AL-IHSAN

Breaking News

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

Mata Lebih Besar dari Perut?

Tak Peduli Anda Beriman atau Kafir

Bulir Padi Pun Menunduk

Jangan Sampai Kita Hanya Dapat Lapar dan Haus

KEBAIKAN

5 TAHAP SENI BERTAHAN DALAM HIDUP

Dirahmati Allah Orang yang Berlapang Dada

  • Home
  • 2021
  • July
  • 23
  • Syekh Nawawi dan Derajat Orang Berilmu
  • HIKMAH JUMAT

Syekh Nawawi dan Derajat Orang Berilmu

On July 23, 2021July 23, 2021
H. A. SURYANA SUDRAJAT

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu  dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Q.S. Al-Mujadalah: 11].

Tidak syak lagi, kutipan ayat di atas menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan, seperti halnya orang yang beriman,  memiliki kedudukan yang teramat tinggi dalam pandangan Allah. Seperti ditegaskan firman Allah yang lain, memang tidak sama antara mereka yang berpengetahuan dan yang tidak. “Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang-orang yang berakal sajalah yang dapat menerima pelajaran.” [Q.S. Az-Zuma: 9]. Sunnah Nabi sendiri penuh dengan nasihat supaya berpengetahuan dan menjauhi kebodohan. Dengan menggunakan akal pikirannya, manusia dapat mengetahui sesuatu. Hasil dari mengetahui sesuatu itu lazim disebut pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan iman merupakan modal bagi seseorang yang akan mengantarnya menuju kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Itulah makna mengapa orang yang beriman dan berpengatahuan memiliki derajat yang tinggi di hadapan Allah SWT.

Anugerah ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia tentu tidak datang begitu saja, laksana hujan yang turun dari langit. Manusia diharuskan untuk menuntutnya sejak dari buaian sampai tepi kuburan (minal mahdi ilal lahdi). Keharusan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat ini merupakan sebuah tugas suci atau jihad di jalan Allah. Sebuah hadis menyatakan, “Man kharaja fii thalibil ‘ilmi  fahuwa fi sabilillahi hatta yarji’a. Artinya, “Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai kembali.” [H.R. Tirmidzi]. Dalam hadis riwayat Bukhari dinyatakan, “Barangsiapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya ke jalan menuju surga.”  

Oleh karena itu, tidak mengherankan pula jika generasi awal Islam atau generasi salaf memiliki semangat atau etos keilmuan yang sangat kuat, sehingga muncullah sarjana-sarjana Muslim dalam berbagai bidang keilmuan yang senantiasa akan dikenang oleh sejarah. Etos keilmuan atau semangat thalabul ilmi ini, meskipun mengalami turun-naik, terus diwariskan dari generasi ke generasi. Bahkan putra Banten sendiri, yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani, tercatat sebagai ulama yang reputasinya diakui di dunia Islam. Beliau bergelar Sayyid ulama’il Hijaz atau penghulu ulama Hijaz yang menulis puluhan  kitab itu. Kitab-kitab beliau, seperti Tafsir Al-Munir, sampai sekarang masih menjadi pegangan para kiai lainnya, bukan hanya di Indonesia tetapi juga rujukan ulama di negara-negara Islam lainnya. Kitab-kitab karangan Syekh Nawawi memang masih dipelajari di pesantren-pesantren salafi alias tradisional di Jawa, selain di lembaga-lembaga tradisional di Timur Tengah, dan menjadi bahan kajian di perguruan tinggi Islam. Banyak orang Indonesia-Melayu atau orang Nusantara yang belajar kepada Syekh Nawawi, dan kebanyakan dari mereka kemudian menjadi kiai-kiai terkemuka di pesantren-pesantren di Tanah Air, di antaranya K.H. Kholil dari Bangkalan, Madura, K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren Tebuireng di Jombang dan pendiri  Nahdlatul Ulama, dan K.H. Asnawi dari Caringin, Pandeglang, Banten.

Harus diakui, etos keilmuan di kalangan kaum Muslim dewasa ini boleh dikatakan sedang mengendung. Di zaman yang menjadikan materi sebagai ukuran keberhasilan ini, masyarakat cenderung berpikir dan bersikap pragmatis mengenai pengetahuan.  Artinya, hanya jenis-jenis pengetahuan yang bisa menguntungkan secara materil atau menghasilkan uang  itulah yang harus dikuasai. Dengan demikian, pengetahuan atau ilmu hanya sekadar alat untuk mencari harta. Posisi yang benar, seharusnya harta adalah sarana atau modal untuk menuntut ilmu. Bukan sebaliknya. Tetapi sekarang, tidak sedikit kita menyaksikan kaum Muslim yang enggan mengorbankan hartanya demi menuntut ilmu. Kalaupun rela, mereka berharap ilmu yang diperoleh itu akan menghasilkan uang banyak.    

Jika kita ingin melahirkan ulama-ulama berkaliber dunia seperti Syekh Nawawi, maka tidak ada jalan bagi generasi muda Muslim, khususnya kalangan  santri, kecuali memiliki semangat keilmuan yang tinggi. Memang tidak mudah,  karena untuk itu seseorang harus siap menghadapi berbagai tantangan dan cobaan sebagaimana lazimnya orang yang ingin berhasil. Termasuk korban harta.  Bahkan setelah menjadi alim atau orang berilmu pun, dia harus diuji dengan berbagai cobaan yang bisa merusak integritas keulamaannya.***

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten.

Post Views: 640
In HIKMAH JUMAT

Post navigation

Orang Bodoh yang Pemurah dan Ahli Ibadah yang Pelit
Ini Pesan Nabi Jika Kita Ingin Berhasil dan Berkah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Menjadi Mukmin yang Kuat dengan Imunisasi

On July 2, 2021July 2, 2021

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

On May 11, 2025May 11, 2025

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

On March 21, 2025March 21, 2025

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

On March 21, 2025March 21, 2025

Mata Lebih Besar dari Perut?

On March 17, 2025March 17, 2025

Archives

  • May 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • December 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • December 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • January 2021

Categories

  • HIKMAH JUMAT
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • KAJIAN ISLAM
  • PENDIDIKAN
  • PONPES AL-IHSAN
  • PROMO
  • SIRAH
  • Uncategorized

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

You May Like

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On July 23, 2021July 23, 2021

Sebuah Jalan Lempang

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On July 23, 2021July 23, 2021

Ini Pesan Nabi Jika Kita Ingin Berhasil dan Berkah

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On July 23, 2021July 23, 2021

Menghidupkan Hati dengan Zikir

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On July 23, 2021July 23, 2021

Belajar dari Perilaku Jujur Syekh Abdul Qadir Jaelani

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On July 23, 2021July 23, 2021

Belajarlah pada Rayap!

  • HIKMAH JUMAT
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On July 23, 2021July 23, 2021

Menyikapi Fitnah Akhir Zaman

28/04/2021- Foto-foto Kegiatan Serah Terima Bantuan dari Samora Group kepada Ponpok Pesantren Al-Ihsan Anyar

https://www.youtube.com/watch?v=CgscUD4N-RU

Video Pendek Moderasi Beragama/Toleransi (Judul: "Akur")
Hak Cipta @ alihsananyer.com 2021