Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hal yang kutakutkan dari umatku adalah pengumbaran hawa nafsu dan panjang lamunan. Mengumbar nafsu memalingkan manusia dari kebenaran (al-haqq), sedangkan melamun panjang membuat orang lupa kepada akhirat. Karena itu ketahuilah, melawan hawa nafsu adalah modal ibadat” (H.r Hakim dan Dailami).
Ada tiga golongan manusia dalam perjuangannya melawan hawa nafsu. Pertama, orang-orang yang keok dan diperbudak oleh hawa nafsu mereka. “Adakah engkau lihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?” (Q.25:43).
Kedua, orang yang jatuh-bangun ketika melawannya. Inilah golongan menengah atau kaum kebanyakan seperti kita umumnya, yang selalu diingatkan Rasulullah bahwa oerang terbesar adalah perang melawan hawa nafsu. Dan sebagai lazimnya orang kebanyakan, suatu saat dia menang, pada saat yang lain dia kalah, tetapi yang penting: tidak menyerah.
Ketiga, mereka yang dalam derajat para nabi dan wali. Yakni orang-orang yang sudah mengalahkan nafsu sendiri. Dia yang memerintah dan bukan hawa yang mengendalikan. Rasulullah bersabda: “Tidak seorang pun ada syaitan. Allah telah menolongku menghadapinya sehingga aku bisa menaklukkannya. “
Allah berfirman: “Adapun orang yang gentar di hadapan kebesaran Tuhannya dan menahan dirinya dari hawa, maka sorgalah tempat tinggalnya” (Q. 79: 40-41).
Rasulullah s.a.w. menggambarkan perang melawan hawa nafsu sebagai sebuah jihad. Ini dikatakannya setelah pulang dari Perang Badar melawan musyrikin Quraisy yang dimenangkan kaum muslimin. “Kita kembali dari jihad kecil menghadap jihad besar?”
“Apa yang dimaksud dengan jihad akan kita hadapi itu?”
“Berjihad melawan hawa nafsu.”
Dan berikut resep dari Ibnul Qaiyim agar kita bisa membebaskan diri dari jeratan hawa nafsu:
- Memiliki kesabaran dalam setiap menghadapi kepahitan. Sebaik-baik hidup ialah jika seseorang mengetahui hidup itu dengan kesabarannya.
- Berpikir bahwa dia diciptakan bukan untuk kepentingan nafsu. Tetapi untuk urusan yang besar, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan menentang nafsunya.
- Mempertimbangkan akibat nafsu, sehingga dia tahu seberapa nafsu itu meloloskannya kepada ketaatan dan mendatangkan kehianaan.
- Mempertimbangkan hak orang lain dengan sebenar-benarnya, kemudian menggambarkan jika kedudukannya seperti orang lain.
- Menghinakan diri sendiri karena tunduk kepada hawa nafsu. Jangan tertipu kehebatan dan kesombongan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya.
- Ingatlah sabda Nabi: Orang yang kuat itu bukan karena dengan bergulat, tetapi orang yang kuat ialah yang dapat menguasai dirinya tatkala sedang marah.
Sumber: Abdul Aziz Musthafa, Mahabatullah, Wacana Menuju Cinta Allah: Wacana Imam Ibnul Qayyaim Al-Jauziyah (1996)