Skip to content
AL-IHSAN ANYER

AL-IHSAN ANYER

Media Dakwah, Pendidikan & Pengetahuan Keislaman

  • PENDIDIKAN
  • SIRAH
  • KAJIAN ISLAM
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • TENTANG KAMI
  • PONPES AL-IHSAN

Breaking News

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

Mata Lebih Besar dari Perut?

Tak Peduli Anda Beriman atau Kafir

Bulir Padi Pun Menunduk

Jangan Sampai Kita Hanya Dapat Lapar dan Haus

KEBAIKAN

5 TAHAP SENI BERTAHAN DALAM HIDUP

Dirahmati Allah Orang yang Berlapang Dada

  • Home
  • 2021
  • January
  • 17
  • Tantangan Pendidikan di Era 4.0
  • PENDIDIKAN

Tantangan Pendidikan di Era 4.0

On January 17, 2021January 18, 2021
H. A. SURYANA SUDRAJAT

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pada dasawarsa 1970-an dunia pendidikan sempat diguncangkan oleh gagasan radikal Ivan Illich lewat bukunya Deschooling Society. Illich mengganggu keyakinan masyarakat, yang diturunkan dari generasi ke genarasi, yang  telah berupaya menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik dengan cara menyediakan lebih banyak persekolahan. Namun, yang didapatkan dari persekolahan hanyalah pelajaran yang memaksa semua anak memanjat tangga pendidikan yang tak berujung, yang hanya menguntungkan individu-individu yang sudah mengawalinya sejak dini, yang lebih sehat atau yang lebih siap. Sisanya hampir pasti gagal.

Menurut Illich, pengajaran yang diwajibkan di sekolah membunuh kehendak banyak orang untuk belajar secara mandiri. Pengetahuan diperlakukan ibarat komoditas, dikemas dan dijajakan, diterima sejenis harta pribadi oleh yang menerimanya, dan selalu langka di pasaran. Menurut dia, keberadaan sekolah memproduksi permintaan akan persekolahan. Di  sekolah kita diajar bahwa belajar yang bernilai adalah hasil kehadiran kita di kelas; bahwa nilainya meningkat jika makin banyak masukan yang kita peroleh dan akhirnya bahwa nilai ini bisa diukur dan dicatat lewar gelar-gelar dan ijazah-ijazah. Gagasan Illich tentang pembebasan masyarakat dari persekolahan terus meredup di tengah upaya pemerintah  yang gencar mewajibkan anak-anak bersekolah. Dan tingkat pendidikan masyarakat selalu dijadikan komponen penting indeks pembangunan manusia (human development index atau HDI) suatu negara, wilayah atau daerah.

Akan tetapi, seiring perjalanan waktu, dunia pendidikan mengalami guncangan yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya, ketika dunia  memasuki era yang disebut revolusi industri 4.0. Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan komputer super, kecerdasan buatan atau intelegensi artifisial. Ini adalah era yang menempatkan teknologi informasi sebagai basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) sehubungan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited). Era revolusi industri 4.0 telah menempatkan perkembangan internet dan teknologi digital yang massif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin.  Hal inilah yang telah dan akan terus mendisrupsi berbagai aktivitas manusia.

Pada era 4.0 ini kita menaksikan perusahaan-perusahaan besar kelas dunia  mengalami guncangan bahkan harus gulung tikar. Masa hidup perusahaan semakin pendek, kebanyakan lebih dahulu mati atau digantikan usaha baru. Penggunaan mesin lebih menguntungkan  Akibatnya banyak pekerjaan yang hilang,  digantikan  robot atau kecerdasan buatan. Saat ini pekerjaan yang bersifat rutin dan harian sudah banyak diambil alih mesin. Maka, tenaga kerja manusia pun harus siap berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Menurut perkiraan Catur Ugiyanto, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, 65 persen manusia sekarang tidak mengetahui kelak  memiliki profesi seperti apa. Smentara, 75 juta-375 juta manusia di dunia juga terancam beralih profesi di era revolusi industri 4.0. Hal ini disebabkan karena karakteristik era 4.0, yakni big data, internet of things, cloud computing, dan cognitive computing, yang bermuara pada terciptanya cyber physical system atau yang dikenal sebagai robotisasi yang mulai banyak digunakan di industri. Karena  pekerjaan manusia banyak yang mulai digantikan mesin, maka tenaga manusia menjadi komoditas sekunder lantaran penggunaan mesin lebih menguntungkan. Ke depan pekerjaan yang masih belum bisa diambil alih oleh mesin dan robot adalah pekerjaan yang membutuhkan kemampuan dalam melakukan analisa, mengambil keputusan atau berkolaborasi.

Sebagaimana halnya perusahaan, dunia pendidikan pun akan bernasib sama jika tidak segera melakukan perubahan dan menyesuaikan peranannya sesuai tuntutan zaman. Guncangan itu sudah terasa terutama di perguruan tinggi. Bahkan Prof. Clayton Christnsen dari Harvard  Business School, penulis buku The Innovative University, memprediksi separo dari 4.000 perguruan tinggi di Amerika Serikat akan bangkrut dalam beberapa dasawarsa mendatang. Dan bukan hal yang mustahil, sekolah-sekolah pun bakal mengalami nasib serupa. Untuk itu diperlukan persiapan sistem pembelajaran yang lebih kreatif-inovatif, seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan peningkatan kemampuan peserta didik dalam penguasaan teknologi informasi.

Beberapa kompetensi yang diperlukan  peserta didik dalam menghadapi era industrI 4.0 di antaranya kemampuan memecahkan masalah, beradaptasi, kolaborasi, kepemimpinan, dan kreatifitas serta inovasi. Mereka harus dipersiapkan memiliki kemampuan dasar computational thinking, nalar yang kuat, kreatif, kritis, dan inovatif. Mereka juga harus dibiasakan tidak berpikir kecil dan instan, tetapi senang berlatih berpikir out of the box, bahkan berpikir out of the mainstream logic. Jawaban-jawaban ilmiah atas segala keingintahuan harus dibiasakan sejak dini karena generasi masa depan Indonesia harus kmenjadi inventors dan industry disrupters. Diarapkan mereka akan ikut menata ulang kehidupan dengan lebih baik melalui kemampuan dalam hal kecerdasan buatan (AI), bioscience, dan rekayasa energi. Oleh karena itu, mereka harus diberikan kesempatan berlatih untuk menemukenali bakat dan potensinya dalam penguasaan pengetahuan dasar ilmiah, matematika, engineering, ekonomi, dan seni

Tentu pola pendidikan era lama kini menjadi kurang relevan untuk diterapkan pada generasi zaman ‘now’ yang terkena dampak langsung disruptif teknologi. Para  pendidik harus  berani merefleksikan kembali perannya di depan kelas. Sekarang tidak zaman lagi istilah ‘guru  selalu benar’ karena pengetahuan sudah bisa diakses dari banyak sumber. Meski begitu, tidak berarti tugas pendidik di zaman digital ini menjadi tidak penting. Sebab, bagaimanapun, tugas seorang guru bukan hanya mentransfer ilmu dan kereampilan kepada anak didiknya atau  menjadikan mereka pintar, tetapi juga memberi motivasi, membangun karakter sehingga menjadi insan atau pribadi yang berintegritas. Atau dalam bahasa  Ki Hadjar Dewantara: Di depan memberi panutan, di tengah memberi semangat dan di belakang mampu mendorong. Selain memberikan motivasi, guru juga menjadi filter dari beragam literasi media yang ditemukan anak didik  agar tidak mengarah pada hasil yang kontra produktif. Dengan kata lain, zaman boleh berubah, begitu pula tradisi, tetapi esensi atau nilai tetap harus dipertahankan.[]

H. A. SURYANA SUDRAJAT

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten.

Post Views: 351
In PENDIDIKAN

Post navigation

Ketika Muhammad Diasuh di Tengah Gurun

Menjadi Mukmin yang Kuat dengan Imunisasi

On July 2, 2021July 2, 2021

ENGKAU TELAH DIPANGGIL SEJAK BERABAD-ABAD

On May 11, 2025May 11, 2025

Tragedi dan Legacy Khalifah Umar ibn Khaththab

On March 21, 2025March 21, 2025

Mengapa Nabi Sangat Menyukai Puasa 10 Terakhir

On March 21, 2025March 21, 2025

Mata Lebih Besar dari Perut?

On March 17, 2025March 17, 2025

Archives

  • May 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • December 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • December 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • January 2021

Categories

  • HIKMAH JUMAT
  • ILMU DAN TEKNOLOGI
  • KAJIAN ISLAM
  • PENDIDIKAN
  • PONPES AL-IHSAN
  • PROMO
  • SIRAH
  • Uncategorized

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

You May Like

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 17, 2021January 18, 2021

SMP TERPADU SINDANGKARYA SIAPKAN 6 NILAI POSITIF DI ERA MERDEKA BELAJAR

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 17, 2021January 18, 2021

Tugas Guru Menurut Ajaran Islam

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 17, 2021January 18, 2021

Menanamkan Nilai Toleransi di Sekolah

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 17, 2021January 18, 2021

Penghapusan Istilah Madrasah dalam RUU Sisdiknas Berlawanan dengan Konstitusi

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 17, 2021January 18, 2021

Syarat Jadi Guru Menurut Pakar Pendidikan Islam

  • PENDIDIKAN
H. A. SURYANA SUDRAJAT
On January 17, 2021January 18, 2021

Siswa SMK SIS Anyer Harus Punya Skill Yang Kuat

28/04/2021- Foto-foto Kegiatan Serah Terima Bantuan dari Samora Group kepada Ponpok Pesantren Al-Ihsan Anyar

https://www.youtube.com/watch?v=CgscUD4N-RU

Video Pendek Moderasi Beragama/Toleransi (Judul: "Akur")
Hak Cipta @ alihsananyer.com 2021